Dampak Laptop Bagi Siswa

Dunia serba canggih, bahkan Einstein tak ada apa-apanya meskipun hanya di bandingkan dg Smartphone. Kemajuan tegnologi membawa perubahan yg besar terhadap peradaban umat .

Ojo Dumeh

Falsafa kuno, dari bahasa Jawa yang memiliki arti ojo = jangan Dumeh = sombong,pamer,lupa diri.ketika seseorang sudah dihinggapi "ojo dumeh" ojo dumeh....SehatJangan sombong ketika saat ini diberi kesehatan.

Makna Aksara Jawa

Petuah Jawa Dua puluh Aksara Jawa yang tersusun dalam empat baris itu dalam sejarahnya memiliki muatan cerita

Mengendalikan Range (Turial VBE)

Mengendalikan Range merupakan hal yang penting dalam pemograman VBE.

SERAT KALATIDA

Sinom 1. Mangkya darajating praja, Kawuryan wus sunyaturi, Rurah pangrehing ukara, Karana tanpa palupi, Atilar silastuti, Sujana sarjana kelu, Kalulun kala tida,

Desember 13, 2009

Menghilangkan Icon Obeng dan Tang Pada Blog

Setiap Widget yang kita pasang di blog di bawah Widget tersebut pasti ada tanda obeng dan tang, nah itu gunanya untuk mempercepat pengeditan widget yang kita pasang. Namun ada juga yang merasa terganggu oleh keberadaan Obeng Dan Tang tersebut. Tetapi menurut saya itu tidak mengganggu karena Obeng dan Tang tersebut hanya muncul pada saat kita login,

jika kita sudah logout maka otomatis Obeng dan Tang tersebut akan hilang :
Baiklah bagi yang merasa terganggu atas keberadaan Obeng dan Tang Tersebut, Untuk menghilangkannya ikuti langkah - langkah berikut :

1. Login ke blogger kamu seperti biasa
2. Pilih Tata Letak (layout)
3. Pilih Edit HTML.
4. Cari kode seperti ini :




5.Copy paste kode berikut persis di atas kode yang tadi :








Klik SIMPAN TEMPLATE dan lihat hasilnya.......
7. Ucapkan Selamat Tiggal Pada Obeng dan Tang :

Selamat Mencoba

November 20, 2009

MEMBUAT FRAME POSTING

Kode dibawah ini sangat berguna dalam penulisan blog yang memerlukan frame atau bingkai,
Contoh kalimat :




Untuk menuliskan posting di atas digunakan kode :



MENAMPILKAN KODE HTML PADA POSTING

Untuk menampilkan kode html pada posting dengan cara
Memberi kode <code> pada awal scrip (kode)

Memberi kode </code> pada akhir scrip (kode)

Mengganti kode < di ganti dengan kode &lt;

Mengganti kode > di ganti dengan kode &gt;

Contoh kalimat :


Menjadi :

November 16, 2009

MEMBUAT SUB MENU (ACCORDIOAN MENU)


Pada Tutorial Blog yang lalu sudah diposting cara membuat horizontal navigasi pada blog.Pada Tutorial blog kali ini adalah tentang Menu Horizontal Multi Level Drop Down Sub.Mungkin beberapa blog sudah membahas cara membuatnya,namun tidak ada salahnya saya memposting tutorial blog ini lagi karena atas permintaan beberapa blog pemula yang ingin memasang Menu Horizontal Multi Level Drop Down Sub. Pada dasarnya sama saja hanya Menu Horizontal Multi Level Drop Down Sub setiap main menu masih terdiri dari beberapa sub menu.Jadi untuk menavigasi menu-menu pada blog anda akan sangat mudah bagi para pembaca.Cara membuatnya adalah sebagai berikut.
1.Login pada Blogger.
2.Klik pada Layout pada Dashboard.
3.Pada Layout klik Edit HTML .
4.Temukan kode </b:skin>
5.Letakkan kode dibawah ini sebelum kode </b:skin> tersebut

.jqueryslidemenu{
font: bold 12px Verdana;
background: #414141;
width: 100%;
}

.jqueryslidemenu ul{
margin: 0;
padding: 0;
list-style-type: none;
}

/*Top level list items*/
.jqueryslidemenu ul li{
position: relative;
display: inline;
float: left;
}

/*Top level menu link items style*/
.jqueryslidemenu ul li a{
display: block;
background: #414141; /*background of tabs (default state)*/
color: white;
padding: 8px 10px;
border-right: 1px solid #778;
color: #2d2b2b;
text-decoration: none;
}

* html .jqueryslidemenu ul li a{ /*IE6 hack to get sub menu links to behave correctly*/
display: inline-block;
}

.jqueryslidemenu ul li a:link, .jqueryslidemenu ul li a:visited{
color: white;
}

.jqueryslidemenu ul li a:hover{
background: black; /*tab link background during hover state*/
color: white;
}

/*1st sub level menu*/
.jqueryslidemenu ul li ul{
position: absolute;
left: 0;
display: block;
visibility: hidden;
}

/*Sub level menu list items (undo style from Top level List Items)*/
.jqueryslidemenu ul li ul li{
display: list-item;
float: none;
}

/*All subsequent sub menu levels vertical offset after 1st level sub menu */
.jqueryslidemenu ul li ul li ul{
top: 0;
}

/* Sub level menu links style */
.jqueryslidemenu ul li ul li a{
font: normal 13px Verdana;
width: 160px; /*width of sub menus*/
padding: 5px;
margin: 0;
border-top-width: 0;
border-bottom: 1px solid gray;
}

.jqueryslidemenuz ul li ul li a:hover{ /*sub menus hover style*/
background: #eff9ff;
color: black;
}

/* ######### CSS classes applied to down and right arrow images ######### */

.downarrowclass{
position: absolute;
top: 12px;
right: 7px;
}

.rightarrowclass{
position: absolute;
top: 6px;
right: 5px;
}

6.Temukan kode berikut </head>
7.Letakkan kode dibawah ini sebelum kode </head> tersebut.

<!--[if lte IE 7]>
<style type="text/css">
html .jqueryslidemenu{height: 1%;} /*Holly Hack for IE7 and below*/
</style>
<![endif]-->

<script src='http://ajax.googleapis.com/ajax/libs/jquery/1.2.6/jquery.min.js' type='text/javascript'/>
<script src=' http://h1.ripway.com/anshul555/slidemenu_horiz.js ' type='text/javascript'/>

8.Selanjutnya temukan kode dibawah ini

<div id='header-wrapper'>
<b:section class='header' id='header' maxwidgets='1' showaddelement='no'>
<b:widget id='Header1' locked='true' title='Testing templates (Header)' type='Header'/>
</b:section>
</div>

9.Letakkan kode dibawah ini setelah kode tersebut pada langkah 8.

<div class='jqueryslidemenu' id='myslidemenu'>
<ul>
<li><a href='http:marchsya.blogspot.com'>Home</a></li>
<li><a href='#'>Daftar Isi</a></li>
<li><a href='#'>Tutorial Blog</a>
<ul>
<li><a href='#'>Sub Item 1.1</a></li>
<li><a href='#'>Sub Item 1.2</a></li>
<li><a href='#'>Sub Item 1.3</a></li>
<li><a href='#'>Sub Item 1.4</a></li>
</ul>
</li>
<li><a href='#'>Islam</a></li>
<li><a href='#'>Folder 2</a>
<ul>
<li><a href='#'>Sub Item 2.1</a></li>
<li><a href='#'>Folder 2.1</a>
<ul>
<li><a href='#'>Sub Item 2.1.1</a></li>
<li><a href='#'>Sub Item 2.1.2</a></li>
<li><a href='#'>Folder 3.1.1</a>
<ul>
<li><a href='#'>Sub Item 3.1.1.1</a></li>
<li><a href='#'>Sub Item 3.1.1.2</a></li>
<li><a href='#'>Sub Item 3.1.1.3</a></li>
<li><a href='#'>Sub Item 3.1.1.4</a></li>
<li><a href='#'>Sub Item 3.1.1.5</a></li>
</ul>
</li>
<li><a href='#'>Sub Item 2.1.4</a></li>
</ul>
</li>
</ul>
</li>
<li><a href='http://marchsya.blogspot.com'>Tukar Link</a></li>
</ul>
<br style='clear: left'/>
</div>

8.Setelah itu Save.
Anda dapat mengganti kata Home, Daftar isi, Tutorial Blog, Islam,Tukar Link dan beberapa submenu dengan nama menu yang anda inginkan sebagai navigasi blog.Selamat mencoba



November 15, 2009

HORIZONTAL LINK TAB MENU

Sistem navigasi yang baik dalam blog sangatlah diperlukan yang jelas2 dapat mempermudah pengunjung blog saat sedang menjelajahi isi blog kamu. Sistem navigasi ini bisa berupa Menu, baik horizontal maupun vertikal, atau berupa post yg dengan sedemikian rupa diubah menjadi halaman navigasi. Lalu, apa yg menarik dari Menu Horizontal Tab ini?

horizontal menu
Menu Horizontal bisa menjadi alternatif buat Menu Vertikal biasanya dan bisa jadi ngebuat halaman blog jadi lebih hemat. Melihat dari pentingya keberadaan nya, Menu Horizontal Tab biasanya diletakkan di tempat yg mudah dilihat pengunjung.
Di bawah Header contohnya.

1. Langkah pertama, masuk ke Layout > Edit HTML.

2. Masukkan kode CSS ke dalam template, gampangnya letakkan di atas kode ]]>

#navigation{font-size:110%;
height:2.2em;
line-height:2.2em;
margin:0 1px;
color:#999;
}
#navigation li{
float:left;
list-style-type:none;
border-right:1px solid #ccc;
white-space:nowrap;
}
#navigation li a{
display:block;
padding:0 10px;
font-size:0.8em;
font-weight:normal;
text-transform:uppercase;
text-decoration:none;
background-color:inherit;
color: #999;
}
* html #navigation a {width:1%;}
#navigation a:hover{
background:#ccc;
color:#fff;
text-decoration:none;
}


3. Selanjutnya cari kode ini:




Kalo engga ketemu cari section dengan class="header".
Lalu ubah menjadi:




Ini dilakukan supaya kamu bisa memasukkan element di bawah bagian header blog kamu.

4. Lalu masuk ke Page Elements. Di bawah bagian Header, klik Add a Gadget. Pilih HTML/JavaScript

5. Masukkan kode2 ini ke dalamnya:




6. Klik save.


Menu horizontal tab sebaiknya diisi dengan link yg bisa menjadi 'pintu2' bagi artikel lainnya. Contohnya dengan link menuju label tertentu. Dan jangan juga mengisi nya dengan terlalu banyak link, tentunya bakal bikin jadi penuh nantinya.

September 05, 2009

GAGASAN PRIBUMISASI ISLAM :


MERETAS KETEGANGAN ISLAM DENGAN KEBUDAYAAN LOKAL



Oleh : Anjar Nugroho

ABSTRAK

Tulisan ini mengkaji dialektika antara agama dan kebudayaan. Agama memberikan warna (spirit) pada kebudayaan, sedangkan kebudayaan memberi kekayaan terhadap agama. Namum terkadang dialektika antara agama dan seni tradisi atau budaya lokal ini berubah menjadi ketegangan. Karena seni tradisi, budaya lokal, atau adat istiadat sering dianggap tidak sejalan dengan agama sebagai ajaran Ilahiyat yang bersifat absolut. Untuk itu perlu adanya gagasan pribumisasi Islam, karena pribumisasi Islam itu menjadikan agama dan budaya tidak saling mengalahkan, melainkan berwujud dalam pola nalar keagamaan yang tidak lagi mengambil bentuknya yang otentik dari agama, serta berusaha mempertemukan jembatan yang selama ini memisahkan antara agama dan budaya.


Secara lebih luas, dialektika agama dan budaya lokal atau seni tradisi tersebut dapat dilihat dalam perspektif sejarah agama-agama besar dunia: Kristen, Hindu, termasuk Islam, karena dalam penyebarannya selalu berhadapan dengan keragaman budaya lokal setempat, strategi dakwah yang digunakannya seringkali dengan mengakomodasi budaya lokal tersebut dan kemudian memberikan spirit keagamaannya.

Pendahuluan

Sebagai sebuah kenyatan sejarah, agama dan kebudayaan dapat saling mempengaruhi karena keduanya terdapat nilai dan simbol. Agama adalah simbol yang melambangkan nilai ketaatan kepada Tuhan. Kebudayaan juga mengandung nilai dan simbol supaya manusia bisa hidup di dalamnya. Agama memerlukan sistem simbol, dengan kata lain agama memerlukan kebudayaan agama. Tetapi keduanya perlu dibedakan. Agama adalah sesuatu yang final, universal, abadi (parennial) dan tidak mengenal perubahan (absolut). Sedangkan kebudayaan bersifat partikular, relatif dan temporer. Agama tanpa kebudayaan memang dapat bekembang sebagai agama pribadi, tetapi tanpa kebudayaan agama sebagai kolektivitas tidak akan mendapat tempat[1].

Interaksi antara agama dan kebudayaan itu dapat terjadi dengan, pertama agama memperngaruhi kebudayaan dalam pembentukannya, nilainya adalah agama, tetapi simbolnya adalah kebudayaan. Contohnya adalah bagaimana shalat mempengaruhi bangunan. Kedua, agama dapat mempengaruhi simbol agama. Dalam hal ini kebudayaan Indonesia mempengaruhi Islam dengan pesantren dan kiai yang berasal dari padepokan dan hajar. Dan ketiga, kebudayaan dapat menggantikan sitemnilai dan simbol agama[2].

Agama dan kebudayaan mempunyai dua persamaan, yaitu, keduanya adalah sitem nilai dan sistem simbol dan keduanya mudah sekali terancam setiap kali ada perubahan. Agama, dalam perspektif ilmu-ilmu sosial adalah sebuah sistem nilai yang memuat sejumlah konsepsi mengenai konstruksi realitas, yang berperan besar dalam menjelaskan struktur tata normatif dan tata sosial serta memahamkan dan menafsirkan dunia sekitar. Sementara seni tradisi merupakan ekspresi cipta, karya, dan karsa manusia (dalam masyarakat tertentu) yang berisi nilai-nilai dan pesan-pesan religiusitas, wawasan filosofis dan kearifan lokal (local wisdom).

Baik agama maupun kebudayaan, sama-sama memberikan wawasan dan cara pandang dalam mensikapi kehidupan agar sesuai dengan kehendak Tuhan dan kemanusiaannya. Misalnya, dalam menyambut anak yang baru lahir, bila agama memberikan wawasan untuk melaksanakan aqiqah untuk penebusan (rahinah) anak tersebut, sementara kebudayaan yang dikemas dalam marhabaan dan bacaan barjanji memberikan wawasan dan cara pandang lain, tetapi memiliki tujuan yang sama, yaitu mendo”akan kesalehan anak yang baru lahir agar sesuai dengan harapan ketuhanan dan kemanusiaan. Demikian juga dalam upacara tahlilan, baik agama maupun budaya lokal dalam tahlilan sama-sama saling memberikan wawasan dan cara pandang dalam menyikapi orang yang meninggal [3].

Oleh karena itu, biasanya terjadi dialektika antara agama dan kebudayaan tersebut. Agama memberikan warna (spirit) pada kebudayaan, sedangkan kebudayaan memberi kekayaan terhadap agama. Namum terkadang dialektika antara agama dan seni tradisi atau budaya lokal ini berubah menjadi ketegangan. Karena seni tradisi, budaya lokal, atau adat istiadat sering dianggap tidak sejalan dengan agama sebagai ajaran Ilahiyat yang bersifat absolut.
Epistemologi Pribumisasi Islam

Gagasan pribumisasi Islam, secara geneologis dilontarkan pertama kali oleh Abdurrahman Wahid pada tahun 1980-an. Dalam ‘Pribumisasi Islam’ tergambar bagaimana Islam sebagai ajaran yang normatif berasal dari Tuhan diakomodasikan ke dalam kebudayaan yang berasal dari manusia tanpa kehilangan identitasnya masing-masing. Sehingga, tidak ada lagi pemurnian Islam atau proses menyamakan dengan praktik keagamaan masyarakat muslim di Timur Tengah. Bukankah Arabisasi atau proses mengidentifikasi diri dengan budaya Timur Tengah berarti tercabutnya kita dari akar budaya kita sendiri? Dalam hal ini, pribumisasi bukan upaya menghindarkan timbulnya perlawanan dari kekuatan budaya-budaya setempat, akan tetapi justru agar budaya itu tidak hilang. Inti ‘Pribumisasi Islam’ adalah kebutuhan bukan untuk menghindari polarisasi antara agama dan budaya, sebab polarisasi demikian memang tidak terhindarkan[4].

Pribumisasi Islam telah menjadikan agama dan budaya tidak saling mengalahkan, melainkan berwujud dalam pola nalar keagamaan yang tidak lagi mengambil bentuknya yang otentik dari agama, serta berusaha mempertemukan jembatan yang selama ini memisahkan antara agama dan budaya.

Pada konteks selanjutnya, akan tercipta pola-pola keberagamaan (Islam) yang sesuai dengan konteks lokalnya, dalam wujud ‘Islam Pribumi’ sebagai jawaban dari ‘Islam Otentik’ atau ‘Islam Murni’ yang ingin melakukan proyek Arabisasi di dalam setiap komunitas Islam di seluruh penjuru dunia. ‘Islam Pribumi’ justru memberi keanekaragaman interpretasi dalam praktik kehidupan beragama (Islam) di setiap wilayah yang berbeda-beda. Dengan demikian, Islam tidak lagi dipandang secara tunggal, melainkan beraneka ragam. Tidak ada lagi anggapan Islam yang di Timur Tengah sebagai Islam yang murni dan paling benar, karena Islam sebagai agama mengalami historisitas yang terus berlanjut[5].

Sebagai contoh dapat dilihat dari praktek ritual dalam budaya populer di Indonesia, sebagaimana digambarkan oleh Kuntowijoyo, , menunjukkan perkawinan antara Islam dan budaya lokal yang cukup erat. Upacara Pangiwahan di Jawa Barat, sebagai salah satunya, dimaksudkan agar manusia dapat menjadi ‘wiwoho’, yang mulia. Sehingga berangkan dari pemahaman ini, masyarakat harus memuliakan kelahiran, perkawinan, kematian, dan sebagainya. Semua ritual itu dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kehidupan manusia itu bersifat mulia. Konsep mengenai kemuliaan hidup manusia ini jelas-jelas diwarnai oleh kultur Islam yang memandang manusia sebagai makhluq yang mulia[6].

‘Islam Pribumi’ sebagai jawaban dari Islam otentik mengandaikan tiga hal. Pertama, ‘Islam Pribumi’ memiliki sifat kontekstual, yakni Islam dipahami sebagai ajaran yang terkait dengan konteks zaman dan tempat. Perubahan waktu dan perbedaan wilayah menjadi kunci untuk menginterpretasikan ajaran. Dengan demikian, Islam akan mengalami perubahan dan dinamika dalam merespons perubahan zaman. Kedua, ‘Islam Pribumi’ bersifat progresif, yakni kemajuan zaman bukan dipahami sebagai ancaman terhadap penyimpangan terhadap ajaran dasar agama (Islam), tetapi dilihat sebagai pemicu untuk melakukan respons kreatif secara intens. Ketiga, ‘Islam Pribumi’ memiliki karakter membebaskan. Dalam pengertian, Islam menjadi ajaran yang dapat menjawab problem-problem kemanusiaan secara universal tanpa melihat perbedaan agama dan etnik. Dengan demikian, Islam tidak kaku dan rigid dalam menghadapi realitas sosial masyarakat yang selalu berubah.

Dalam konteks inilah, ‘Islam Pribumi’ ingin membebaskan puritanisme, otentifikasi, dan segala bentuk pemurnian Islam sekaligus juga menjaga kearifan lokal tanpa menghilangkan identitas normatif Islam. Karena itulah, ‘Islam Pribumi’ lebih berideologi kultural yang tersebar (spread cultural ideology)[7], yang mempertimbangkan perbedaan lokalitas ketimbang ideologi kultural yang memusat, yang hanya mengakui ajaran agama tanpa interpretasi. Sehingga dapat tersebar di berbagai wilayah tanpa merusak kultur lokal masyarakat setempat. Dengan demikian, tidak akan ada lagi praktik-praktik radikalisme yang ditopang oleh paham-paham keagamaan ekstrem, yang selama ini menjadi ancaman bagi terciptanya perdamaian.

Otentisitas Islam Pribumi

Cuma permasalahanya apakah Islam pribumi dapat dipandang ‘absah’ dalam perspektif doktrin Islam. Mengabsahan ini penting menyangkut sosialisasi dan internalisasi Islam pribumi sebagai wacana pembebasan umat di kalangan umat Islam sendiri. Kelompok puritan Islam telah menuduh Islam pribumi sebagai sebagai pengejawantahan dari praktek bid’ah yang telah menyimpang dari ajaran Islam. Lebih lanjut kelompok ini berkeyakinan ahli bid’ah adalah sesat (dlalalah). Dalam sejarah Islam Jawa telah direkam bagaimana upaya-upaya penguasa Islam waktu itu dalam memberangus praktek sufime yang mereka tuduh telah menyimpang dari ortodoksi Islam.

Ambillah contoh misalnya tentang konfik antara Syekh Siti Jenar dengan seorang raja dari Demak. Seperti diketahui, Syekh Siti Jenar dikenal sebagai seorang Wali yang mempunyai kecenderungan mistis yang sangat kuat. Jalan tarekat yang dia tempuh sering menimbulkan ketegangan antara ketentuan-ketentuan syari’at yang baku (doktris resmi Islam). Seringkali paham mistiknya yang sangat kuat itu menyebabkan ia meremehkan hukum-hukum yang sudah diadobsi dari kerajaan. Oleh karena itulah penguasa kerajaan Islam Jawa di Demak itu kemudian berusaha keras untuk memadamkan pengaruh mistik, sufi dan tarekat, karena paham-paham seperti itu menyebabkan orang menjadi individualistik dan meremehkan kekuasaan keraton.

Demikianlah, akhirnya Demak menghukum Syekh Siti Jenar dengan cara membakar hidup-hidup (meskipun pada akhirnya konon dia tidak mati) yang melambangkan disirnakannya sufisme dan mistis Islam untuk digantikan dengan syari’at demi ketertiban negara. Walaupun Kuntowijoyo[8] menyimpulkan tragedi tersebut bukan katrena faktor keyakinan beragama antara keyakinan resmi yang diwakili oleh Raja Demak dengan keyakinan menyimpang yang dicontohkan oleh Syekh Siti Jenar, melainkan semata-mata karena faktor kekuasaan. Teori yang dapat ditunjukkan adalah bahwa jika ajaran Islam yang diusung ke dalam tradisi kerajaan menguntungkan atas langgengnya status quo kekuasaan, maka ajaran itu diadobsi bahkan dikembangkan, tetapi jika ajaran itu membahayakan kekuasaan; deligitimasisasi, berpotensi memimbulkan kegoncangan sosial, maka ajaran tersebut diberangus secepatnya.

Klaim-klaim yang dilontarkan kelompok Islam Puritan perlu mendapat counter discourse untuk sebuah agenda dialog terbuka yang membuka peluang adanya new paradigm masing-masing yang berdialog. Kebanyakan kelompok Islam puritan mempunyai pemahaman bahwa al-Qur’an sebagai sumber ortodoksi adalah kitab yang komprehensif, sehingga masalah apapun yang ada disekitar manusia sampai kapanpun, akan ada jawaban-jawaban spesifik dalam al-Qur’an. Inilah yang dalam pandangan Mark R. Woodward[9] tidak akan mungkin terjadi. Sebab apa ? Karena itu bukan menjadi watak al-Qur’an, sebagaimana kitab suci yang lainnya, untuk berbicara secara komprehensif mengenai kosmologi, soteriologi, etika, ritual, dan aspek-aspek keagamaan lainnya.

Sistem-sistem doktrinal, begitu kata Mark R. Woodward selanjutnya, yang komprehensif hanya bisa muncul melalui penafsiran. Teologi dan hukum Islam didasarkan pada penafsiran al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Formulasi doktrin itu telah dimulai tidak lama sesudah Nabi Wafat dan berpuncak dalam bentuk hadis dan syari’at semikanonik [10].

Hadis dan syari’at termasuk aspek doktrin yang tidak ditemukan dalam al-Qur’an. Fazlur Rahman,[11] mendefinisikan hadis sebagai “:suatu narasi, biasanya sangat pendek, yang pokok isinya memberikan informasi mengenai apa yang dikatakan, dilakukan atau apa yang disetujui dan tidak disetujui dari para sahabatnya …”. Bukti kuat menunukkan bahwa hadis berisi banyak informasi mengenai praktek-sosial keagamaan komunitas Muslim awal, berapa diantaranya dapat dilacak langsung ke Nabi[12]. Selain itu semua itu merupakan hasil proses simbolisasi yang lewatnya prinsip-prinsip al-Qur’an digunakan untuk membangkitkan atau menafsirkan ulang bentuk-bentuk praktek kepercayan, sosial dan keagamaan. Upaya-upaya merujuk pernyataan-pernyataan dan praktek-praktek ini ke Nabi SAW akan meligitimasi inpvasi dan interpretasi keagamaan.

Selain itu, hadis dikembangkan untuk mendukung tradisi politik dan doktrin yang luas. Penting kaitannya dengan hal ini, Muslim syi’ah mempunyai bentuk hadis yang berbeda dengan mayoritas Sunni. Hal ini membawa kepada pengamatan juniboll (1953) bahwa salah satu dari tujuan utama formulasi hadis adalah untuk mengabsahkan kedudukan-kedudukan teologis dengan mengaitkannya dengan Nabi. Ulama tampak mengakui, proses “pengumpulan” tidak bisa dilanjutkan untuk jangka waktu tak terbatas tanpa terjerembab ke dalam pemalsuan yang tidak terbatas pula. Oleh karena itu, sepanjang zaman Islam era ketiga, dikembangkan ilmu transmisi hadis dan temuan-temuan yang kan didokumentasikan dengan baik ini, dirancang dalam enam kumpulan semikanotik (kutub as-sittah) yang, bersama al-Qur’an, merupakan inti Islam “ortodok”.[13]

Kemunculan literatur hadis memberikan contoh jernih peran penafsiran dan simbolisasi dalam evolusi tradisi-tradisi kitabiah. Proses ini merupakan perangkat yang melaluinya prinsip-prinsip dasar al-Qur’an digunakan untuk menyusun dan menafsirkan tradisi yang hidup, yang pada gilirannya meberikan basis untuk menyusun dan menafsirkan tradisi yang hidup, yang pada gilirannya memberikan basis untuk skripturalisasi hadis (melalui asosiasi simboliknya dengan Nabi Muhammad). Hadis menawarkan model untuk ritual rakyat (popular ritual) dan agama pemujaan (devotional religion), dan ini melengkapi suatu lingkaran penafsiran.

Sama halnya dengan peran penafsiran dalam pertumbuhan syari’at, Goldziher[14] melihat bahwa perkembangan hukum didorong sebagian besar oleh penaklukan Arab tas kawasan Byzantium dan Persia, dan syari’at menggunakan yurisprudensi Romawi. Hukum Islam didasarkan pada empat prinsip fundamental : (1) al-Qur’an, (2) al-Hadis, (3) Konsensus Ulama (ijma’), (4), analogi (qiyas) (Rahman, 1979 : 68). Ia berupaya untuk memperluas prinsip-prinsip fundamental dari al-Qur’an atau hadis, dengan memunculkan petunjuk lengkap untuk semua segi tingkah laku keagamaan dan sosial.

Karakter syari’at bersama dengan penggunaan konsensus dan analogi sebagai prinsip-prinsip penafsiran memunculkan perdebatan tentang pokok persoalan yang jauh terlepas dari tema sentral al-Qur’an dan tampaknya akan melanggar sejumlah hadis, tema yang membebaskan “dari beban yang menyusahkan”.[15] Diantara perdebatan-perdebatan ini – dan satunnya yang akan diperhitungkan dalam ulasan-ulasan tentang pribumisasi Islam – adalah tentang kultus roh Jawa (javanese spirit cult) dan teori kerajawian, yakni yang berhubungan dengan keabsahan perkawinan antara manusia dan roh. Goldziher berpendapat bahwa bentuk asus hukum ini merupakan salah satu dari faktor utama yang mendorong berkembangnya sufisme.

Penjelasan panjang tersebut untuk menjawab klaim kelompok puritan bahwa kelompok mereka yang paling otentik dalam mempraktekkan ajaran Islam sehari-hari. Otentisitas memang menjadi salah satu kriteria kebenaran sebuah pemahaman ajaran agama. Tetapi seringkali diabaikan di sini proses-proses sosial, politik dan budaya yang mempengaruhi pemikiran dan perumusan (sistem) ajaran tersebut, suatu dimensi historis dari ajaran agama. Kaum puritan mengabaikan dimensi tafsir dalam ajaran agama, seolah-olah agama adalah paket dari langit yang superlengkap dengan juklak dan juknis, padahal realitas yang telah ditunjukkan tidaklah demikian. Ajaran agama sarat dengan penafsiran, dan penafsiran terkait dengan ruang dan waktu, di sana ada dialektika dengan struktur budaya di mana tafsir itu lahir, sehingga di sini Islam Pribumi menemukan keabsahannya.
Dakwah dan Tradisi Lokal

Sejak kehadiran Islam di Indonesia, para ulama telah mencoba mengadobsi kebudayaan lokal secara selektif, sistem sosial, kesenian dan pemerintahan yang pas tidak diubah, termasuk adat istiadat, banyak yang dikembangkan dalam perspektif Islam. Hal itu yang memungkinkan budaya Indonesia tetap beragama, walaupun Islam telah menyatukan wilayah itu secara agama.

Kalangan ulama Indonesia memang telah berhasil mengintegrasikan antara keIslaman dan keindonesiaan, sehingga apa yang ada di daerah ini telah dianggap sesuai dengan nilai Islam, karena Islam menyangkuit nilai-nilai dan norma, bukan selera atau idiologi apalagi adat. Karena itu, jika nilai Islam dianggap sesuai dengan adat setempat, tidak perlu diubah sesuai dengan selera, adat, atau idiologi Arab, sebab jika itu dilakukan akan menimbulkan kegoncangan budaya, sementara mengisi nilai Islam ke dalam struktur budaya yang ada jauh lebih efektif ketimbang mengganti kebudayaan itu sendiri.

Islam yang hadir di Indonesia juga tidak bisa dilepaskan dengan tradisi atau budaya Indonesia. Sama seperti Islam di Arab saudi, Arabisme dan Islamisme bergumul sedemikian rupa di kawasan Timur Tengah sehingga kadang-kadang orang sulit membedakan mana yang nilai Islam dan mana yang simbol budaya Arab. Nabi Muhammad saw, tentu saja dengan bimbingan Allah (mawa yanthiqu ‘anil hawa, in hua illa wahyu yuha), dengan cukup cerdik (fathanah) mengetahui sosiologi masyarakat Arab pada saat itu. Sehingga beliau dengan serta merta menggunakan tradisi-tradisi Arab untuk mengembangkan Islam. Sebagai salah satu contoh misalnya, ketika Nabi Saw hijrah ke Madinah, masyarakat Madinah di sana menyambut dengan iringan gendang dan tetabuhan sambil menyanyikan thala’al-badru alaina dan seterusnya.[16]

Berbeda dengan agama-agama lain, Islam masuk Indonesia dengan cara begitu elastis. Baik itu yang berhubungan dengan pengenalan simbol-simbol Islami (misalnya bentuk bangunan peribadatan) atau ritus-ritus keagamaan (untuk memahami nilai-nilai Islam).

Dapat kita lihat, masjid-masjid pertama yang dibangun di sini bentuknya menyerupai arsitektur lokal-warisan dari Hindu. Sehingga jelas Islam lebih toleran terhadap warna/corak budaya lokal. Tidak seperti, misalnya Budha yang masuk “membawa stupa”, atau bangunan gereja Kristen yang arsitekturnya ala Barat. Dengan demikian, Islam tidak memindahkan simbol-simbol budaya yang ada di Timur Tengah (Arab), tempat lahirnya agama Islam.

Demikian pula untuk memahami nilai-nilai Islam. Para pendakwah Islam dulu, memang lebih luwes dan halus dalam menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat yang heterogen setting nilai budayanya. Mungkin kita masih ingat para wali –yang di Jawa dikenal dengan sebutan Wali Songo. Mereka dapat dengan mudah memasukkan Islam karena agama tersebut tidak dibawanya dalam bungkus Arab, melainkan dalam racikan dan kemasan bercita rasa Jawa. Artinya, masyarakat diberi “bingkisan” yang dibungkus budaya Jawa tetapi isinya Islam.

Sunan Kalijaga misalnya, ia banyak menciptakan kidung-kidung Jawa bernafaskan Islam, misalnya Ilir-ilir, tandure wis semilir. Perimbangannya jelas menyangkut keefektifan memasukkan nilai-nilai Islam dengan harapan mendapat ruang gerak dakwah yang lebih memadai. Meminjam pendapat Mohammad Sobary (1994: 32) dakwah Islam di Jawa masa lalu memang lebih banyak ditekankan pada aspek esoteriknya, karena orang Jawa punya kecenderungan memasukkan hal-hal ke dalam hati. Apa-apa urusan hati. Dan banyak hal dianggap sebagai upaya penghalusan rasa dan budi. Islam di masa lalu cenderung sufistik sifatnya.[17]

Secara lebih luas, dialektika agama dan budaya lokal atau seni tradisi tersebut dapat dilihat dalam perspektif sejarah. Agama-agama besar dunia: Kristen, Hindu, termasuk Islam, karena dalam penyebarannya selalu berhadapan dengan keragaman budaya lokal setempat, strategi dakwah yang digunakannya seringkali dengan mengakomodasi budaya lokal tersebut dan kemudian memberikan spirit keagamaannya. Salah satu contoh yang baik adalah tradisi kentrungan atau wayang yang telah diisi dengan ajaran kristen tentang cerita Yesus Kristus di Kandhang Betlehem dan diisi oleh Islam tentang ajaran kalimusodo (kalimat syahadat) atau ajaran keadilan dan yang lainnya.

Dialektika antara agama dan budaya lokal juga terjadi seperti dalam penyelenggaraan sekaten di Yogyakarta (atau di Cirebon), dan hari raya atau lebaran ketupat di Jawa Timur yang diselenggarakan satu minggu sesudah Idulfitri. Dalam perspektif sejarah Islam Indonesia, upacara Sekaten merupakan kreativitas dan kearifan para wali untuk menyebarkan ajaran Islam. Upacara sekaten ini merupakan upacara penyelenggaraan maulid Nabi yang ditransformasikan dalam upacara sekaten. Substansinya adalah untuk memperkenalkan ajaran tauhid (sekaten ubahan dari syahadatain) sekaligus melestarikan atau tanpa mengorbankan budaya Jawa

Wujud dakwah dalam Islam yang demikian tentunya tidak lepas dari latar belakang kebudayaan itu sendiri. Untuk mengetahui latar belakang budaya, kita memerlukan sebuah teori budaya. Menurut Kuntowijoyo dalam magnum opusnya Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi,[18] sebuah teori budaya akan memberikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan berikut: Pertama, apa struktur dari budaya. Kedua, atas dasar apa struktur itu dibangun. Ketiga, bagaimana struktur itu mengalami perubahan. Keempat, bagaimana menerangkan variasi dalam budaya.

Persoalan pertama dan kedua, akan memberikan penjelasan mengenai hubungan antar simbol dan mendasarinya. Paradigma positivisme –pandangan Marx di antaranya– melihat hubungan keduanya sebagai hubungan atas bawah yang ditentukan oleh kekuatan ekonomi, yakni modus produksi.

Berbeda dengan pandangan Weber yang dalam metodologinya menggunakan verstehen atau menyatu rasa. Dari sini dapat dipahami makna subyektif dari perbuatan-perbuatan berdasarkan sudut pandang pelakunya. Realitas ialah realitas untuk pelakunya, bukan pengamat. Hubungan kausal –fungsional dalam ilmu empiris-positif– digantikan hubungan makna dalam memahami budaya. Sehingga dalam budaya tak akan ditemui usaha merumuskan hukum-hukum (nomotetik), tapi hanya akan melukiskan gejala (ideografik). [19]

Dengan demikian, mengikuti premis Weber di atas, dalam simbol-simbol budaya yang seharusnya dipahami atau ditangkap esensinya adalah makna yang tersirat. Dari sini lalu dapat dikatakan bahwa dalam satu makna (esensi), simbol boleh berbeda otoritas asal makna masih sama.

Demikian pula dengan ritus-ritus semacam ruwahan, nyadran, sekaten maupun tahlilan. Semua pada level penampakannya (appearence) adalah simbo-simbol pengungkapan atas nilai-nilai yang diyakini sehingga dapat mengungkapkan makna ’subyektif’ (kata ini mesti diartikan sejauhmana tingkat religiusitas pemeluknya) dari pelakunya. Tindakan seperti ini ada yang menyebut sebagai syahadat yang tidak diungkapkan, tetapi dijalankan dalam dimensi transeden dan imanen.

Dengan kata lain high tradition yang berupa nilai-nilai yang sifatnya abstrak, jika ingin ditampakkan, perlu dikongkretkan dalam bentuk low tradition yang niscaya merupakan hasil pergumulan dengan tradisi yang ada. Dalam tradisi tahlilan misalnya, high tradition yang diusung adalah taqarrub ilallah, dan itu diapresiasikan dalam sebuah bentuk dzikir kolektif yang dalam tahlilan kentara sekali warna tradisi jawaismenya. Lalu muncul simbol kebudayan bernama tahlilan yang didalamnya melekat nilai ajaran Islam. Dan Kuntowijiyo merekomendasikan kepada umat Islam untuk berkreasi lebih banyak dalam hal demikian, karena akan lebih mendorong gairah masyarakat banyak menikmati agamanya.

CATATAN AKHIR

1 Kuntowijoyo, Muslim Tanpa Masjid, Essai-Essai Agama, Budaya, dan Politik dalam Bingkai Strukturalisme transendental, Bandung : Mizan, 2001, hal. 196

2 Ibid., hal. 195

3 Lihat Hendar Riyadi, Respon Muhammadiyah dalam Dialektika Agama, Pikiran Rakyat, Senin 24 Pebruari 2003

4 Abdurrahman Wahid, Pergulatan Negara, Agama dan Kebudayaan, (Jakarta : Desantara, 2001), hal. 111

5 Khamami Zada dkk., “Islam Pribumi : Mencari Wajah Islam Indonesia”, dalam Tashwirul Afkar, jurnal Refleksi Pemikiran Keagamaan & Kebudayaan, Edisi No. 14 tahun 2003, hal. 9-10

6 Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi Untuk Aksi, (Bandung : Mizan, 1991), hal. 235

7 Khamami Zada dkk., Islam Pribumi … hal. 12

8 Kuntowijoyo, Paradigma Islam … hal. 232-233

9 Lihat Mark R. Woodward, Islam Jawa : Kesalehan Normatif Versus Kebatinan, (Yogyakarta : LKIS, 1999) hal. 90

10 Ibid., hl. 91

11 Fazlur Rahman, Islam, (Chicago : University of Chicago Press, 1979), hal. 54

12 Lihat Goldziher, Introduction to Islamic Theology and Law, (Princeton ; Princeton University Press, 1981), hal. 31-42, atau Fazlur Rahman, Islam, (Chicago : University of Chicago Press, 1979), hal. 43-64

13 Mark R. Woodward, Islam Jawa … hal. 91

14 Goldziher, Introduction to Islamic … hal. 45

15 Ibid., hal 55

16 Anjar Nugroho, “Dakwah Kultural : Pergulatan Kreatif Islam dan Budaya Lokal”, dalam Jurnal Ilmiah Inovasi, No.4 Th.XI/2002

17 Marwanto, “Islam dan Demistifikasi Simbol Budaya”, dalam Solo Pos, Kamis 22 Juli 2002

18 Kuntowijoyo, Paradigma Islam… hal 45

19 Kuntowijoyo, Muslim Tanpa Masjid … hal. 110-111

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Wahid, Pergulatan Negara, Agama dan Kebudayaan, (Jakarta : Desantara, 2001)

Anjar Nugroho, “Dakwah Kultural : Pergulatan Kreatif Islam dan Budaya Lokal”, dalam Jurnal Ilmiah Inovasi, No.4 Th.XI/2002

Fazlur Rahman, Islam, (Chicago : University of Chicago Press, 1979)

Goldziher, Introduction to Islamic Theology and Law, (Princeton ; Princeton University Press, 1981), hal. 31-42, atau Fazlur Rahman, Islam, (Chicago : University of Chicago Press, 1979)

Hendar Riyadi, Respon Muhammadiyah dalam Dialektika Agama, Pikiran Rakyat, Senin 24 Pebruari 2003

Khamami Zada dkk., “Islam Pribumi : Mencari Wajah Islam Indonesia”, dalam Tashwirul Afkar, jurnal Refleksi Pemikiran Keagamaan & Kebudayaan, Edisi No. 14 tahun 2003

Kuntowijoyo, Muslim Tanpa Masjid, Essai-Essai Agama, Budaya, dan Politik dalam Bingkai Strukturalisme transendental, Bandung : Mizan, 2001

Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi Untuk Aksi, (Bandung : Mizan, 1991)

Mark R. Woodward, Islam Jawa : Kesalehan Normatif Versus Kebatinan, (Yogyakarta : LKIS, 1999)

Marwanto, “Islam dan Demistifikasi Simbol Budaya”, dalam Solo Pos, Kamis 22 Juli 2002

http://pemikiranislam.wordpress.com

September 04, 2009

PERANG DUNIA II (1939-1945)


LATAR BELAKANG
A.SEBAB-SEBAB UMUM

1. Kegagalan Liga Bangsa-Bangsa dalam menjalankan tugasnya.
2. Munculnya politik alinasi (politik mencari kawan).
3. Kekacauan dalam bidang ekonomi.
4. Munculnya paham ultranasionalisme
5. Jerman tidak mengakui lagi Perjanjian Versailles.

6. Pertentangan faham

7. Perlombaan senjata

8. Munculnya negara-negara fasis


B. SEBAB KHUSUS

1. Sebab Khusus PD II Di Kawasan Eropa

Menurut Perjanjian Versailles wilayah Prusia Timur (Jerman) dipisahkan dari Jerman dengan dibentuknya negara Polandia (jalan keluar Jerman menuju ke laut). Di tengah-tengah negara Polandia terletak kota Danzig yang dituntut oleh Jerman, karena penduduknya adalah bangsa Jerman. Sedangkan Polandia menolak untuk menyerahkan kota Danzig, bahkan Polandia menjalin hubungan dengan mengadakan perjanjian dengan Inggris, Perancis, Rumania dan Yunani dengan suatu keputusan untuk saling menjamin kemerdekaan masing-masing negara. Hitler menjawab dengan mengadakan Perjanjian Jerman-Rusia (23 Agustus 1939), yaitu perjanjian non-agresi, di mana kedua negara tidak akan saling menyerang. Pada tanggal 1 September 1939, Jerman menyerang Polandia dan meletuslah Perang Dunia II. Selanjutnya tanggal 3 September 1939 Inggris dan Perancis mengumumkan perang kepada Jerman.

2. Sebab Khusus PD II Di Kawasan Asia Timur

Pada tanggal 8 Desember 1941, Pearl Habour diserang oleh Jepang dan pada tanggal 9 Desember 1941 Amerika Serikat mengumumkan perang kepada Jepang. Tanggal 11 Desember 1941 Jerman dan Italia mengumumkan perang kepada Amerika Serikat, sehingga perang meluas dan meliputi seluruh dunia.

JALANNYA PERANG

Dibagi menjadi tiga periode:

1. Periode Permulaan (1939-1942) pihak poros (Jerman) menang dan pihak sekutu kalah.

2. Turning Point, (saat-saat membalik) (tahun 1942).

3. Periode terakhir (1943-1945) pihak blok poros (Jerman) berhasil dikalahkan oleh pihak sekutu.

Sebelum terjadi PD II pada 1939, Jerman, Italia dan Jepang membentuk Pakta Anti Komintern pada November 1936. Tujuannya adalah untuk mencegah bahaya komunis dari Uni Soviet. Kemudian pada September 1938, jerman, Italia, Inggris dan Perancis mengikuti konferansi Munich. Pada Konferensi Munich disepakati bahwa milayah SUdeten di Cekoslovakia yang penduduknya mayoritas Jerman menjadi bagian dari Jerman dengan syarat Jerman tidak melakukan agresi dan mau mengakui integritas Negara-negara lain, serta bersama-sama mencegah bahya komunis dan menciptakan perdamaian.

Jerman ternyata mengingkari hasil Konferensi Munich. Pada 1939, Jerman menyerang Cokoslovakia dan Memel di Baltik. Iggris dan perancis menilai tindakan Jerman sebagai penghianatan. Bahkan, Jerman juga menuntut agar Danzig di Polandia juga diakui menjadi wilayahnya. Untuk mewujudkan keinginannya, Jerman mengadakan perjanjian rahasiadengan Uni Soviet tentang Pakta Non Agresi. Isinya menyepakati bahwa Jerman dan Uni Soviet tidak akan saling menyerang.

Setelah adanya Pakta Non Agresi, Jerman mengultimatum Polansia agar menyerahkan Danzig, tetapi POlandia menolaknya. Jerman kemudian menyerang Danzig pada 1 September 1939. karena tindakannya itulah Inggris dan Perancis kemudian menyatakan perang kepada Jerman.

Wilayah peperangan pada PD II dikelompokkan menjadi 3, yaitu:

1. Front Eropa

Penyebab perang di Front Eropa adalah serangan Jerman ke Danzig, Polandia. Pasukan yag dipimpin oleh Augus von Mackensen berhasil menduduki, Denmark, Belanda, Belgia, Luxemburg dan Perancis. Keberhasilan Jerman tersebut menyebabkan Italia juga ikkut melakukan ekspansi. Italia kemudian menyerang Yunani dan Yugoslavia, namun ternyata kalah. Dan setelah mendapat bantuan dari Jerman akhirnya Italia dapat memenangkan perang.

Karena merasa semakin kuat, Jerman makin berambisi unutk menguasai daerah-daerah yang lain. Akhirnya Jerman melakukan penyerangan ke Uni Soviet tahun 1941. Serangan itu melanggar Pakta Non Agresi, sehingga Uni Soviet melakukan serangan balasan dan berhasil, mengalahkan Jerman di Stalingrad. Ini merupakan kekalahan Jerman yang pertama yang kemudian diikuti oleh kekalahan-kekalahan selanjutnya.

PD II menglami The Turning Point (masa titik balik) pada tahun 1942. Setelah Jerman mengalami kekalahan di Stalingrad, Sekutu melakukan serangan ke berbagai wilayah yang diduduki Jerman. Sekutu semakin kuat setelah Amerika Serikat dan Uni Soviet bergabung. Sekutu melakukan serangan besar-besaran pada 6 Juni 1944 (dikenal sebagai D-Day) setelah mendaratkan pasukannya di Normandia di bawah pimpinan Jenderal D. D. Eisenhower. Sekutu dengan cepat mempu membebaskan Negara-negara di Eropa Barat. Jerman akhirnya berhasil dikalahkan dan menyerah pada 7 Mei 1945.

1. Front Afrika

PD II di Front Afrika terjadi antara Jerman dan Italia melawan Inggris dan sekutunya. Italia menyerang Mesir dan kawasan Afrika Utara pada tahun 1940 namun berhasil digagalkan oleh Inggris.

Jerman yang ingin menguasai terusan Suez kemudian mengirim bantuan pasukan kepada Italia dan akhirnya berhasil memasuki Mesir. Namun karena pada saat itu Jerman juga harus melawan Uni Soviet maka Jerman tidak dapat sepenuhnya mambantu Italia di Mesir. Keadaan itu dimanfaatkan oleh Inggris untuk menyerang Italia dan berhasil memenangkan peperangan pada tahun 1942 di El-Alamien (perbatasan Libya – Mesir) tahun 1943 Inggris berhasil membebaskan kawasan Afrika dari pendudukan Jerman dan Italia.

1. Front Asia Pasifik

Penyebab PD I di Front Asia Pasifik adalah akibat serangan Jepang ke Pearl Harbour, Amerika Serikat pada 7 Desember 1941. Tindakan Jepang itu menyebabkan Amerika Serikat terlibat dalam PD II di Front Asia Pasifik (Jepang menyebutnya dengan perang Asia Timur Raya)selain itu Jepang juga menyerang Negara-negara di kawasan Asia Pasifik yang dikuasai Sekutu. Jepang berhasil menguasai Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura dan Birma. Bahkan tanggal 27 Februari 1942 Jepang berhasil menduduki pertahanan Sekutu di Jawa.

Jepang mulai dikalahkan sejak pertempuran di Laut Karang. Dengan dipimpin oleh Jenderal Dauglas Mac Arthur dan Laksamana Chester W. Nimit sekutu berhasil menyerbu Jepang dan mendesaknya sampai ke Pulau Okinawa. Pasukan amerika Serikat tersebut menggunakan siasat Loncat Katak untuk menyerang Jepang yaitu siasat penyerangan melompat-lompat menyerang daerah yang lemah. Pada Agustus 1945 Kota Nagasaki dan Heroshima di bom atom oleh Amerika Serikat. Dan pada tanggal 15 Agustus Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Penyerahan resmi Jepang dilakukan pada tanggal 2 September 1945 yag dilakukan di kapal Missouri di teluk Tokyo.

AKHIR PERANG

Perang berakhir dengan Sekutu mendaratkan pasukan di Pantai Normandia, 6 Juni 1944, Jerman menyerah pada Sekutu Mei 1945 setelah kematian Hitler, tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 Hiroshima dan Nagasaki di bom atom oleh AS, dan pada 14 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat pada Sekutu. Setelah Perang Dunia II berakhir, maka negara-negara yang terlibat dalam perang itu, baik yang menang perang maupun yang kalah perang menempuh upaya perdamaian. Upaya perdamaian itu dilakukan dengan perjanjian perdamaian. Berbagai perjanjian perdamaian yang pernah dilakukan diantaranya Konferensi Postdam, Perjanjian Perdamaian Sekutu dengan : Jepang, Italia, Austria, dan Hongaria-Bulgaria-Romania-Finlandia.

1. perjanjian Postdam

perjanjian ini terjadi antara Uni Soviet (diwakili Losif Stalin), Britania Raya (diwakili Clement Richard Attle) dan Amerika Serikat (Harry S. Truman) di Postdam, Jerman tanggal 17 Juli hingga 2 Agustus 1945.

Isi perjanian Postdam:

1. Kota Danzig dikembalikan kepada Polandia.
2. Wilayah Jerman dibagi menjadi 2 yaitu Jerman Barat dibawah kekuasaan Sekutu dan Jerman Timur dibawah kekuasaan Uni Soviet.
3. Angkatan perang Jerman harus dikurangi.
4. Jerman membayar ganti rugi perang kepada Sekutu
5. Tokoh-tokoh Nazi diadili sebagai penjahat perang.
6. perjanjian Paris

Perjanjian ini dilakukan antara Sekutu dengan Italia. Hasilnya antara lain:

1. Daerah Italia diperkecil
2. Italia membayar ganti rugi perang
3. Semua daerah jajahan Italia di Afrika Utara diambil Inggris
4. Abbessynia dan Albania dimerdekakan kembali
5. Trieste menjadi Negara merdeka di bawah PBB
6. pertemuan di Kapal Missouri

pertemuan itu terjadi antara Sekutu dengan Jepang pada 2 September 1945. Hasilnya adalah pernyataan penyerahan tanpa syarat Jepang kepada Sekutu.

1. perjanjian San Fransisco

perjanjian ini antara Jepang dengan Sekutu, hasilnya adalah:

1. Kepulauan Jepang dalam pengawasan tentara pendudukan Amerika Serikat
2. Kepulauan Kuril dan Sakhalin diserahkan kepada Uni Soviet. Manchuria dan Taiwan diserahkan kepada Cina. Dan kepulauan-kepulauan Jepang di asia Psifik diserahkan kepada Amerika Serikat.
3. Korea akan dimerdekakan, akan tetapi untuk sementara bagian selatan Korea akan dikuasai Amerika Serikat sedangkan bagian utara Korea akan dikuasai oleh Uni Soviet.
4. Jepang akan membayar ganti rugi perang dan tokoh-tokoh fasisnya akan diadili sebagai penjahat perang.

DAMPAK PD II

1. A. Dampak Politik
2. Amerika Serikat dan Uni Soviet berkembang menjadi Negara Super Power / Adikuasa
3. Lahirnya Negara-negara baru yang memerdekakan diri dari penjajahan. Nasionalisme di Asia berkobar dan timbul Negara-negara merdeka seperti Indonesia (17 Agustus 1945), Filipina (4 Juli 1946), India dan Pakistan Dominion (15 Agustus 1947) dan India merdeka penuh 26 Januari 1950, Birma (4 Januari 1948) dan Ceylon (dominion 4 Februari 1948).
4. Munculnya politik mencari kawan atau aliansi yang dibentuk berdasarkan kepentingan keamanan bersama misalnya NATO, METO, SEATO
5. Munculnya politik memecah belah Negara misanya:
6. Jerman dibagi menjadi dua Negara (Jerman Barat dan Jerman Timur)
7. Korea dibagi menjadi dua (Korea Utara dan Korea Selatan)
8. Indo-Cina dibagi menjadi tiga Negara, yaitu Laos, Kamboja dan Indo-Cina
9. India dibagi menjadi India dan Pakistan
10. Negara-negara imperialis dan kolonialis mengalami perlawanan dari nasionalisme yang berkembang di Asia dan Afrika
11. Lahirnya organisasi perdamaian dunia United Nations Organization (UNO) atau Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) tanggal 24 Oktober 1945
12. Muncul perang dingin
13. B. Dampak Ekonomi
14. Perekonomian dunia hancur dan fasilitas kehidupan masyarakat mengalami kehancuran
15. Muncul negara-negara donator (negara-negara yang memberi bantuan baik ekonomi maupun militer)
16. Jepang dan Jerman berkembang sebagai negara industri
17. Amerika serikat muncul menjadi negara kreditur
18. C. Dampak Sosial
19. Terdapat jutaan korban jiwa
20. Meningkatnya kemiskinan dan kelaparan masyarakat
21. Muncul wabah penyakit
22. Peran cendikiawan semakin penting
23. Muncul lembaga-lembaga social untuk membantu para korban perang

Anggota Sekutu

1. Polandia: 1 September 1939
2. Kerajaan Inggris: 3 September 1939 (Termasuk Kerajaan India & Negara Koloni)
3. Perancis: 3 September 1939
4. Australia: 3 September 1939
5. Selandia Baru: 3 September 1939
6. Nepal: 4 September 1939
7. Afrika Selatan: 6 September 1939
8. Kanada: 10 September 1939
9. Norwegia: 9 April 1940
10. Belgia: 10 Mei 1949
11. Luksemburg: 10 Mei 1940
12. Belanda: 10 Mei 1940
13. Yunani: 28 Oktober 1940
14. Kerajaan Yugoslavia: 6 April 1941
15. Uni Soviet: 22 Juni 1941
16. Tannu Tuva: 25 Juni 1941
17. Panama: 7 Desember 1941
18. Kosta RiKa: 8 Desember 1941
19. Republik Dominika: 8 Desember 1941
20. El Salvador: 8 Desember 1941
21. Haiti: 8 Desember 1941
22. Honduras: 8 Desember 1941
23. Nikaragua: 8 Desember 1941
24. Amerika Serikat: 8 Desember 1941
25. China: 9 Desember 1941
26. Guatemala: 1941, 9 Desember 1941
27. Kuba: 9 Desember 1941
28. Cekoslowakia : 16 Desember 1941
29. Meksiko: 22 Mei 1942
30. Brazil: 22 Agustus 1942
31. Ethiopia: 14 Desember 1942
32. Irak: 17 Januari 1943
33. Bolivia: 7 April 1943
34. Iran: 9 September 1943
35. Italy: 13 Oktober 1943(sebelumnya anggota Kekuatan Poros)
36. Kolombia: 26 November 1943
37. Liberia: 27 Januari 1944
38. Romania: 25 Agustus 1944(formerly a member of the Axis)
39. Bulgaria: 8 September 1944(formerly a member of the Axis)
40. San Marino: 21 September 1944
41. Albania: 26 October 1944
42. Hungaria: 20 January 1945(formerly a member of the Axis)
43. Bahawalpur: 2 February 1945
44. Ekuador: 2 February 1945
45. Paraguay: 7 February 1945
46. Peru: 12 February 1945
47. Uruguay: 15 February 1945
48. Venezuela: 15 February 1945
49. Turki: 23 February 1945
50. Libanon: 27 February 1945
51. Arab Saudi: 1945 March
52. Argentina: 27 March 1945
53. Chili: 11 April 1945
54. Mongolia: 9 August 1945

Negara-negara Poros adalah negara-negara yang menentang pihak Sekutu selama Perang Dunia II. Ada 3 negara utama dalam kekuatan poros yaitu; Nazi Jerman, Italia dan Kekaisaran Jepang. Pada puncak kejayaan mereka, Kekuatan Poros menguasai dominasi daerah yang sangat luas di Eropa, Asia, Afrika dan Oseania/Pasifik. Tetapi Perang Dunia II berakhir dengan kekalahan mereka. Seperti pihak Sekutu, keanggotaan Negara-negara Poros tidak tetap, dan beberapa negara bergabung dan kemudian meninggalkan Negara-negara Poros selama perang berlangsung.
// Anggota Negara-negara Poros yang utama

1. Jerman, di bawah Adolf Hitler
2. Italia, di bawah Benito Mussolini
3. Jepang, Hideki Tōjō dan Kaisar Shōwa (Hirohito)

Anggota Negara-negara Poros minoritas

1. Bulgaria
2. Hongaria
3. Yugoslavia
4. Finlandia
5. Thailand
6. Rumania

Negara Boneka Jepang

1. Manchukuo
2. Mengjiang (bagian wilayah di Mongolia]]
3. Nanking (bagian wilayah di Tiongkok)
4. Burma
5. Filipina
6. India

Negara boneka Italia

1. Albania
2. Ethiopia

Negara boneka Jerman

1. Serbia
2. Republik Sosial Italia

Negara lainnya yang berkoalisi

1. Negara Merdeka Kroasia
2. Perancis Vichy
3. Spanyol
4. Denmark

Bekas anggota blok poros

* Uni Soviet, memihak Sekutu pada 1941.

Sebelum kita melanjutkan pada materi berikutnya jawablah pertanyaan berikut untuk mengetahui seberapa besar pemahaman kalian.

TUGAS INDIVIDU 1

Jawablah pertanyaan berikut dengan benar!

1. Jelaskan yang dimasud dengan Negara Fasis!
2. Sebutkan sebab khusus PD II di kawasan Asia Pasifik!
3. Jelaskan kenapa Jerman menyerang Uni Soviet!
4. Jelaskan kenapa Jepang menyerang Paerl Harbour!
5. Jelaskan strategi loncat katak yang digunakan untuk mengalahkan Jepang!
6. Apa dampak politik PD II bagi Jerman dan Korea?
7. Apa dampak social PD II?
8. Kenapa setelah PD II Amerika Serikat bias menjadi Negara kreditur?
9. Kenapa akhirnya Uni Soviet tidak memihak blok poros?

10. Apa dampak positif PD II terhadap bangsa Indonesia?

TUGAS KELOMPOK 1

TUNJUKKAN DALAM PETA NEGARA ANGGOTA BLOK POROS!

Kerjakan dengan diskusi kelompok kalian akan tetapi tiap siswa tetap mengerjakan sendiri-sendiri. Kemudian tiap-tiap kelompok mengumpulkan satu peta

Agustus 26, 2009





Maret 06, 2009

TUGAS KEWIRAUSAHAAN

SOAL PRAKTEK KEWIRAUSAHAAN

Membuat analisa peluang usaha untuk satu buah hasil karya :
Misalnya : Ketrampilan membuat tempat sampah dari kaleng bekas cat.

A. Buatlah analisa usaha :
1. Keunggulan
Hasil karya yang dibuat dianalisa kelebihannya
2. Kelemahan
Hasil karya yang dibuat dianalisa kelemahannya atau kekurangannya baik dari segi bahan baku, pengolahan, maupun pemasarannya.
3. Cara mengatasi kelemahan
Bagaimana cara mengatasi kelemahan yang ada sehingga hasil karya yang diciptakan dapat dijual/dipasarkan dan menghasilkan keuntungan

B. Analisa Produksi
1. Rencana biaya produksi
Buat tabel/analisa biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi hasil karya tersebut.
2. Rencana harga jual hasil produksi
Hasil karya tersebut akan dijual dengan harga berapa dengan mempertimbangkan biaya produksi & biaya lainnya, dan lain sebagainya
3. Perhitungan labah dan rugi
Hitunglah rencana keuntungan yang akan diterima dari hasil karya tersebut.

C. Analisa Pemasaran
Bagaimana cara memasarkan hasil karya tersebut

1. Susunlah semua analisa tersebut di jilid dengan sampul warna biru
2. Hasil karya, analisa usaha dikumpulkan hari jum’at 13 Maret 2009

tugas kkpi

SOAL PRAKTEK KKPI

Isilah buku tamu !
- Ketik nama lengkap pada kolom name
- Saran untuk sekolahan dan saran untuk blog/website ini pada kolom message
- Click shout!